The Real Champion : Ronaldo vs Messi
Akhirnya, final idaman tersebut tercipta, karena menurut jajak pendapat yang dilakukan, final UEFA Champions League antara Manchester United vs Barcelona adalah final yang paling disuka, mengalahkan skenario final Manchester United vs Chelsea.
Bahkan ada kabar yang beredar bahwa telah terjadi konspirasi untuk menggagalkan ulangan final tahun lalu antara Manchester United vs Chelsea, untuk memuluskan final idaman Manchester United vs Barcelona.
Saya pribadi salut dengan perjuangan Chelsea, karena di leg pertama yang berlangsung di Nou Camp, kandang Barcelona, Chelsea berhasil membuat Barcelona tak berkutik, terutama melalui penampilan sempurna Petr Cech dalam menjaga gawangnya, dan skema defensif racikan Gus Hiddink yang dimainkan secara sempurna oleh semua pemain Chelsea untuk mematikan bintang-bintang Barcelona, terutama Lionel Messi.
Bagaimana pun juga, final (kedua) antara Manchester United vs Chelsea memiliki peluang sangat besar mengingat peluang Chelsea yang sangat besar di leg kedua yang berlangsung di Stamford Bridge hari Kamis dini hari lalu.
Aktor kegagalan Chelsea dalam mempertahankan kemenangan 1-0 yang tercipta lewat tendangan spektakuler Michael Essien di menit awal babak pertama leg kedua tersebut adalah striker asal Pantai Gading, yaitu Didier Drogba, karena membuang begitu banyak peluang emas di depan gawang yang seharusnya menjadi gol, dan membuat jengkel para penikmat bola dengan sikapnya yang mudah merengek minta penalti.
Gara-gara sikap Didier Drogba tersebut, Roman Abramovich berencana untuk membuang Didier Drogba dari skuad Chelsea musim depan dengan cara menjualnya ke klub lain mana saja yang berminat merekrutnya.
Apalagi ditambah dengan kartu merah yang diterima oleh Eric Abidal karena “melanggar” Nicolas Anelka, seharusnya Chelsea terus menekan Barcelona, untuk menjaga kemenangan hingga peluit akhir dibunyikan.
Kasus kartu merah tersebut sebenarnya murni kesalahan wasit, karena saya sama sekali tidak melihat adanya “kontak” antara Eric Abidal dengan Nicolas Anelka pada saat tayangan ulang, sama seperti kasus Darren Fletcher yang dikartu merah di laga Manchester United vs Arsenal karena dianggap “melanggar” Cesc Fabregas di kotak penalti.
Kesalahan wasit lainnya di laga Chelsea vs Barcelona adalah saat wasit tidak memberikan hadiah penalti saat tangan Gerard Pique menyentuh bola di kotak penalti Barcelona.
Michael Essien juga membuat kesalahan fatal di akhir pertandingan, karena tidak mampu membuang bola dengan sempurna di area kotak penalti Chelsea, sehingga bola berhasil di-passing oleh Lionel Messi ke Andres Iniesta yang dengan bebas melakukan tendangan ke pojok gawang Petr Cech di masa injury time babak kedua, sehingga mengakibatkan Barcelona mendapatkan “awal goal advantage” untuk lolos ke final UEFA Champions League di kota Roma, menantang sang juara bertahan, Manchester United yang begitu “gagah” saat mengalahkan Arsenal melalui aksi luar biasa sang superstar dari Portugal yang juga merupakan pemain terbaik dunia saat ini, Cristiano Ronaldo.
Sekarang yang jadi pertanyaan adalah siapakah yang akan berhasil menjadi juara di kota Roma tersebut?
Meskipun saya fans berat Manchester United, tapi saya akan berusaha melihat dari semua aspek.
Pertama-tama adalah dari sisi pelatih.
Joseph Guardiola adalah pelatih baru yang tidak memiliki pengalaman bermain di atmosfer final Champions League, sehingga saya yakin akan sangat mempengaruhi semua keputusan yang akan diambil selama laga final yang akan berlangsung dengan intensitas tinggi.
Sebaliknya, Sir Alex Ferguson memiliki segudang pengalaman, karena sudah pernah memenangkan piala Champions dua kali bersama Manchester United di tahun 1999 dan 2008, jadi sudah terbiasa untuk membuat keputusan penting di saat final.
Faktor pendukung lainnya adalah ambisi Sir Alex Ferguson untuk menyamai rekor Sir Bob Paisley yang berhasil membawa Liverpool menjadi juara di ajang piala Champions sebanyak tiga kali.
Oleh karena itu, saya yakin dari sisi strategi, Sir Alex Ferguson berbeda di kelas yang berbeda dengan Joseph Guardiola yang baru satu tahun melatih Barcelona.
Sekarang saya akan lihat dari sisi penjaga gawang.
Victor Valdes adalah penjaga gawang yang tidak konsisten, yang terbukti dengan tidak dipilihnya dia sebagai kiper utama timnas Spanyol, karena kalah bersaing dengan Iker Casillas (kiper Real Madrid) dan Pepe Reina (kiper Liverpool).
Sebaliknya, Edwin van der Sar adalah penjaga gawang andalan timnas Belanda yang bermental juara sejak dia di Ajax Amsterdam dan Juventus.
Siapa pun tidak akan menyangkal bahwa Edwin van der Sar adalah salah satu penjaga gawang terbaik yang pernah dimiliki Belanda dan Manchester United, sehingga saya yakin gawang Manchester United akan jauh lebih aman dari serangan lawan dibandingkan gawang Barcelona yang dijaga Victor Valdes.
Berikutnya, saya akan lihat para pemain belakang kedua tim.
Carles Puyol adalah tembok tangguh di lini pertahanan Barcelona, tapi tidak demikian halnya dengan Gerard Pique yang notabene adalah mantan pemain belakang cadangan Manchester United.
Kelemahan lain Barcelona adalah tidak bisa dimainkannya dua full back pilihan utama di tim Barcelona yaitu Daniel Alves (karena akumulasi kartu kuning) dan Eric Abidal (karena dikartu merah saat laga lawan Chelsea).
Sebaliknya, Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic adalah duo tembok kembar di depan gawang Manchester United yang begitu solid dalam bekerja sama membendung serangan tim lawan sehingga menjadikan gawang Manchester United sangat sulit dibobol.
Patrice Evra juga merupakan full back pilihan utama yang sudah sehati dengan permainan Manchester United, dan rajin dalam membantu penyerangan.
Jadi, dilihat dari sisi pertahanan kedua tim, Manchester United jauh lebih solid daripada pertahanan Barcelona yang tidak bisa memainkan komposisi utamanya.
Sekarang kita beralih ke lini tengah dan lini depan yang menjadi nyawa permainan masing-masing tim.
Di Barcelona ada Xavi dan Andres Iniesta yang selalu menjadi pilihan utama untuk memanjakan ketiga striker haus golnya, yaitu Lionel Messi, Thierry Henry, dan Samuel Eto’o.
Lionel Messi boleh menjadi calon legenda Argentina, tapi menghadapi Chelsea yang pertahanannya tidak sesolid Manchester United saja, Lionel Messi tidak bisa berkutik, apalagi nanti di final, sama seperti yang terlihat di semifinal Champions League tahun lalu saat Lionel Messi tidak bisa menembus pertahanan Manchester United.
Thierry Henry, di saat terbaiknya, bisa setiap saat mengancam gawang Manchester United, karena sudah bertahun-tahun terbiasa melakukannya saat masih berkostum Arsenal.
Sebaliknya, lini tengah Manchester United dihuni oleh banyak pemain berpengalaman, yang bertujuan untuk mengalirkan bola ke icon Manchester United, yaitu Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney.
Cristiano Ronaldo punya misi pribadi untuk menjadikan ajang ini sebagai pembuktian bahwa dirinya memang jauh lebih baik daripada Lionel Messi, sedangkan Wayne Rooney adalah salah satu striker bertipe pekerja keras yang rajin naik turun tanpa lelah untuk mengejar bola.
Dilihat dari sisi penyerangan, baik Manchester United maupun Barcelona sama-sama memiliki amunisi yang berkelas dunia, tapi saya yakin kengototan Cristiano Ronaldo akan merubah jalannya pertandingan di final nanti, sehingga tanpa keraguan satu pun, saya yakin Manchester United akan mengalahkan Barcelona dan meraih gelar Champions untuk kali ketiga di era tangan dingin Sir Alex Ferguson.